EKONOMI 

Bos Bappenas Ajak Warga RI Contoh Jepang Saat Berinvestasi

beritaterkini99- PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) resmi meluncurkan reksa dana Manulife Dana Kas Syariah di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (31/8/2018).

Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengatakan, minimnya masyarakat yang mengenal investasi serta gejolak ekonomi global saat ini mendorong perseroan untuk menggenjot produk investasi, terutama produk investasi syariah. Apalagi aset keuangan syariah di Indonesia masih relatif kecil yaitu USD 81,8 miliar pada 2016.

“Pada umumnya masyarakat belum melek terhadap investasi sekaligus melihat ketidakpastian global yang tengah terjadi sekarang, kami sebagai pelaku ekonomi harus kreatif untuk tetap dapat mengundang investor hadir didalam negeri sehingga mereka ingin berinvestasi jangka panjang,” tutur dia di Gedung BEI, Jumat pekan ini.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, produk investasi syariah penting sebagai sumber pembiayaan alternatif.

“Indonesia menempati negara dengan penduduk terbesar ke empat di dunia, 85 persen beragama Islam ini praktis menjadikan Indonesia sebagai pemeluk islam terbesar di dunia, ini diharapkan dapat mendukung perekonomian nasional khususnya syariah,” kata dia.

Bambang juga menggambarkan bagaimana nasionalisme Jepang dalam berinvestasi dapat mensokong negaranya saat dinamika global yang tak menentu terjadi.

“Di Jepang kepemilikan surat berharga oleh orang asing itu hanya 9 persen, artinya kalau ada gejolak di dunia, mereka tenang saja karena 91 persen itu punya orang Jepang. Mereka sangat nasionalis terhadap produknya sendiri dan nasionalis terhadap surat utang,” ujar dia.

“Tapi yang paling penting adalah nasionalismenya itu tadi. Stabilitas makro pasar keuangan ini jadi lebih terbantu. Barangkali analogi ini bisa kita keluarkan untuk investasi agar menyentuh nasionalisme Indonesia,” agar Bambang.

 

1 dari 2 halaman

Rupiah Bakal Terus Melemah hingga Akhir Tahun?

Sebelumnya, dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal makin perkasa hingga akhir tahun ini. Nilai tukar rupiah diproyeksikan berada pada level Rp 14.635 per USD di akhir 2018.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Anton Gunawan mengungkapkan faktor ketidakpastian global masih akan terus menekan rupiah di pasar.

“Terutama sekali di AS masih akan terus berlanjut dan kita tidak tahu ending trade war dengan China bagaimana. Karena sekarang makin tidak main-main saling memberikan serangan balasan, jadi masih bisa berlanjut lebih buruk atau setop, jadi itu masih uncertainty,” kata Anton dalam acara Macroeconomic Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis 30 Agustus 2018.

Anton menjelaskan depresiasi atau pelemahan rupiah meleset dari perkiraan awal pihaknya. rupiah terdepresiasi lebih dalam dibandingkan dengan prediksi awal Bank Mandiri yaitu Rp 13.800 per USD.

Salah satu pendorong anjloknya rupiah adalah adanya sentimen perang dagang AS dengan beberapa negara hingga pelemahan mata uang Turki, Lira menyeret rupiah lebih dalam lagi hingga saat ini menyentuh level Rp 14.700-an. rupiah diperkirakan masih akan terus melemah hingga tahun depan.

“Saat ini ada di Rp 14.650 per dolar AS rata-rata, tapi ini angka sementara bukan rata-rata. Tapi tahun depan diperkirakan Rp 14.600 per dolar AS,” ujarnya.

Selain itu, rupiah juga akan terpengaruh oleh faktor internal yaitu membengkaknya defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) serta tingkat inflasi yang diprediksi masih akan meningkat.

Kendati demikian Anton menegaskan CAD Indonesia masih sehat meskipun tercatat defisit sebesar USD 8,02 miliar pada kuartal II 2018 atau sebesar 3,04 persen dari GDP.Tidak hanya itu, pemerintah juga diminta untuk waspada terhadap kondisi neraca pembayaran.

Sebab, neraca modal dan pembiayaan atau capital and financial account Indonesia terus tergerus. Pada kuartal II 2018 posisi neraca modal dan pembiayaan sebesar USD 4,01 miliar turun dari kuartal II 2017 sebesar USD 5,52 miliar.

“CAD di bawah 3 persen masih relatif oke, cuma yang jadi masalah dari sisi financial capital account cenderung menurun.”

Related posts