POLITIK 

PDIP Komentari Label Ulama Sandiaga: yang Instan Tidak Baik

beritaterkini99 – Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko menyindir pelabelan ulama ke bakal cawapres Sandiaga Uno. Menurutnya, sesuatu yang instan, pasti tidak baik.

“Segala sesuatu yang instan tidak baik, mending mi instan, dimasak cepat dan kita tahu itu bisa dimakan meskipun instan dia masih bisa dimakan. Nah ini sudah instan, isinya bukan itu pula,” kata Budiman kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/9/2018).

Gelar ulama menurut Budiman didapatkan dengan proses yang pastinya tidak instan.

“Menjadi ulama itu pakai proses, butuh proses perenungan, internalisasi, gaya hidup, penghayatan. Nah tiba-tiba gelar itu diberikan begitu saja, kok murah betul ya? Kenapa kita jadi bangsa yang murahan?,” imbuhnya.

Budiman khawatir jika ada seseorang yang diberikan predikat ulama secara instan maka akan berdampak ke hal lain yang juga dilakukan secara instan.

Dia juga menceritakan pengalamannya saat masih di pesantren. Saat di pesantren dirinya gagal menjadi ulama.

“Saya juga gagal untuk menjadi orang yang di cap ulama meski saya pernah di pesantren. Tiba-tiba kok kenapa hanya tujuan untuk politik bangsa ini, orang tahu bangsa ini menghormati ulama, tiba-tiba diberikan ulama instan untuk sesuatu yang tanpa proses,” kata Budiman.

“Bagi saya itu menghina akal sehat, nurani, kecerdasan, menghina kerja keras, pengabdian semua orang yang pernah mengajarkan sesatu tiba-tiba kalah di ujung hanya untuk tujuan-tujuan yang nggak ada hubungan dengan predikat itu,” sambungnya.

Pelabelan ulama kepada Sandiaga disampaikan politikus PKS Hidayat Nur Wahid. Penyebutan ulama ini karena Sandiaga menurut Hidayat berperilaku baik.

“Menurut saya sih Pak Sandi itu ya ulama, dari kacamata tadi. Perilakunya, ya perilaku yang juga sangat ulama, beliau melaksanakan ajaran agama. Beliau puasa Senin-Kamis, salat duha, salat malam, silaturahim, menghormati orang-orang yang tua, menghormati semuanya, berakhlak yang baik, berbisnis yang baik, itu juga satu pendekatan yang sangat ulama. Bahwa kemudian beliau tidak bertitel ‘KH’ karena memang beliau tidak belajar di komunitas tradisional keulamaan,” tutur Hidayat, Senin (17/9).

Related posts